INTEGRASI ISLAM DAN
EKOLOGI MANUSIA
Judul : Islam
& Ekologi Manusia: Paradigma Baru, Komitmen dan Integritas Manusia dalam
Ekosistemnya, Refleksi Jawaban atas Tantangan Pemanasan Global (Dimensi
Intelektual, Emosional dan Spiritual)
Penulis : Drs.
Sofyan Anwar Mufid, M.S
Penerbit : NUANSA,
Bandung
Editor : Adib
Musta’in el-Hasan
Cetakan : I,
April 2010
Tebal : 138
Halaman
ISBN : 978-602-8394-10-09
Hukum
alam yang sudah berjalan mulai tidak seimbang akibat tindakan manusia. Tindakan
berupa eksploitatif terhadap alam dan menggangu ekosistemnya akan menyebabkan
alam menyesuaikan diri dengan caranya, atau kita menyebutnya bencana alam.
Adanya
bencana di berbagai daerah disinyalir terdapat kesalahan mendasar yang terjadi
atas hubungan manusia dengan alam. Interaksi manusia dengan alam perlu dirubah
menjadi saling menguntungkan bagi manusia dan alam.
Ilmu
yang mempelajari interaksi timbal balik antara makhluk hidup dan tak hidup
dengan linkungannya disebut ekologi. Kata ecology ini pertama kali dikenalkan
oleh biolog Jerman yang bernama Ernst Haeckel pada tahun 1866.
Ekologi memiliki ruang lingkup kajian sangat luas, sehingga dapat
digandengkan dengan berbagai macam studi keilmuan atau multidisipliner.
Salah satu bidang yang dijadikan objek ekologi adalah manusia, kemudian
terlahirlah ekologi manusia.
Sofyan
A. Mufid menawarkan pembahasan integrasi ekologi manusia dengan nilai-nilai
spiritual Islam sebagaimana yang telah ditawarkan Sayyed Husein Nasr.
Sayyed
Husein Nasr dan beberapa tokoh Beberapa tokoh lainnya yaitu Martin Palmer,
David E. Cooper dan Joy a. Palmer, sepakat bahwa nilai-nilai spiritualitas
terhadap alam menjadi sebuah kebutuhan nyata dalam upaya memelihara dan
menyelamatkan bumi (F.M. Mangunjaya, 2007).
Buku
ini mencoba menguraikan integrasi ajaran agama (ulum al-din) dengan ilmu
ekologi (ulum al-dunya) dalam dimensi kecerdasan intelektual, emosional
dan spiritual.
Paradigma
itulah yang coba ditawarkan untuk menjawab permasalahan krisis ekologis. Paradigma
seperti itu mungkin tidak akan ditemukan dalam buku-buku ekologi manusia pada
umumnya.
Di
dalam kajian ekologi, kita mengenal beberapa teori tentang hubungan manusia
dengan alam, diantaranya, yaitu antroposentris, ekosentris dan biosentris. Pada
tokoh yang lain ada yang menggabungkan ekosentris dan biosentris
(bio-ekosentris), dan ketiga adalah ekofeminis.
Antroposentris
merupakan teori yang muncul pertama, dan sudah lama melekat dalam pola pikir
masyarakat. Teori ini menjelaskan manusia menjadi pusat dari alam, yakni alam
hanya dijadikan sebagai objek bagi manusia.
Sedangkan
teori kedua dan ketiga merupakan teori yang lahir belakangan. Para pakar
lingkungan menawarkan teori ini sebagai kritik atas teori pertama. Teori ini
juga dijadikan sebagai salah satu solusi untuk memulihkan krisis lingkungan
yang terjadi di belahan dunia.
Kendati
demikian, bagi Sofyan A. Mufid, dalam islam memang menjadikan manusia sebagai
pusat dari alam, yakni menjadi khalifah (pemimpin). Antroposentris yang
dimaksudkan dalam islam adalah manusia menjadi rahmat bagi alam.
Artinya,
walaupun dalam teks-teks keagamaan menyatakan bahwa bumi dan segala isinya
diperuntukkan bagi manusia, tetapi manusia tidak diperkenankan untuk berbuat merusak
alam dan mengeksploitasi dengan serakah.
*) Peresensi
adalah Ahmad Suhendra, penikmat buku.
Komentar