Aku Berpikir, Karena itu Aku Ada

Cogito ergo sum, aku berpikir, karena itu aku ada.” Kalimat populer ini diucapkan oleh Rene Descartes, ahli filsafat (filsuf), dan ahli matematika asal Prancis. Dikenal sebagai bapak filsafat modern dan bapak matematika modern. Hidupnya diabdikan untuk pengembangan ilmu filsafat dan matematika, sehingga corak berfikirnya bertumpu pada rasionalitas. Karenanya, ia menjadi salah satu pemikir paling penting dan paling berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dari ide-ide segarnya, lahirlah revolusi pemikiran di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18.

Buku berjudul “Diskursus dan Metode” ini buku pokok atau buku babon ihwal pemikirannya yang pernah mengguncangkan Eropa. Buku yang masih menjadi ajaran utama di tengah alam pemikiran manusia modern ini mengajarkan kepada manusia bahwa hidup yang benar adalah hidup yang didasarkan pada kaidah / metode pengetahuan. Inti metode Descartes adalah keraguan yang mendasar.
Dia meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan-semua pengetahuan tradisional, kesan indrawinya, dan bahkan juga kenyataan bahwa dia mempunyai tubuh sekalipun-hingga dia mencapai satu hal yang tidak dapat diragukan, keberadaan dirinya sebagai pemikir. Oleh karena itu, dia sampai pada pertanyaan yang terkenal Cogito ergo sum. Sehingga dalam berhubungan dengan realita, Descartes mencoba untuk meragukan segala apa yang diterima oleh inderanya dan dia berusaha untuk menguak realitas dengan menggunakan akalnya. Karena menurutnya  hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang dapat disebut sebagai pengetahuan yang ilmiah. Dan kebenaran yang diperoleh melalui indera mempunyai tingikat kesalahan yang lebih tinggi.
Dalam membangun filsafatnya Descartes membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai patokan dalam menentukan kebenaran dan keluar dari keraguan yang ada. Adapun persoalan-persoalan yang dilontarkan oleh Descartes untuk membangun filsafat baru antara lain: Apakah kita bisa menggapai suatu pengetahuan yang benar? Metode apa yang digunakan mencapai pengetahuan pertama? Bagaimana meraih pengetahuan-pengetahuan selanjutnya? Apa tolok ukur kebenaran pengetahuan?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Descartes menawarkan metode-metode untuk menjawabnya. Yang mana metode-metode tersebut harus dipegang untuk sampai pada pengetahuan yang benar: Seorang filosuf harus hanya menerima suatu pengetahuan yang terang dan jelas. Atau jika masalah itu masih berupa pernyataan: maka pernyataan tersebut harus diurai menjadi pernyataan-pernyataan yang sederhana. Metode yang kedua ini disebut sebagai pola analisis. Jika kita menemukan suatu gagasan sederhana yang kita anggap Clear and Distinct, kita harus merangkainya untuk menemukan kemungkinan luas dari gagasan tersebut.  Metode yang ketiga ini disebut dengan pola kerja sintesa atau perangkaian.
Pada metode yang keempat dilakukan pemeriksaan kembali terhadap pengetahuan yang telah diperoleh, agar dapat dibuktikan secara pasti bahwa pengetahuan tersebut adalah pengetahuan yang Clear and Distinct yang benar-benar tak memuat satu keraguan pun. Metode yang keempat ini disebut dengan verifikasi. Jadi dengan keempat metode tersebut Descartes mengungkap kebenaran dan membangun filsafatnya untuk keluar dari keraguan bersyarat yang diperoleh dari pengalaman inderawinya.

Tentu saja, metode ini ini tidaklah sempurna, masih banyak kekurangannya. Tetapi sebagai sebuah ijtihad pemikiran, tentu kita mesti mengapresiasi Descartes. (Majalah Bangkit) 

Judul Buku      : Diskursus dan Metode
Penulis             : Rene Descartes
Penerbit           : Ircisod
Cetakan           : 1, Januari 2015
Tebal               : 132 halaman

Komentar

NovelMe mengatakan…
Kamu suka menulis? Mau tulisan kamu dikenal banyak orang? Langsung aja ke https://tulis.novelme.com atau hubungi novelme.office@gmail.com untuk jadi penulis di NovelMe